ISTIGHOSAH MANAGEMENT SHODAQOH ( IMS )

SEKAPUR SIRIH SEJARAH PROFIL VISI MISI PROGRAM IMS BERBAGI TESTIMONI HADIST SEDEKAH AYAT SEDEKAH KATA MEREKA? UP TO DATE DOKUMENTASI DOKUMENTASI 2

NAPAK TILAS....

Berikut adalah sejarah singkat lahirnya IMS (Istighosah Management Shodaqoh). Kami mohon maaf apabila dalam tulisan kami ini terdapat hal hal yang kurang berkenan. 

SI KEMBANG KUBURAN

Pada sekitar tahun 2007 an, seperti halnya di kota kota lain, Kota Banyuwangi tidak luput dari 'demam tanaman hias'. Banyak orang dari beberapa golongan memanfaatkan momen yang terbilang langka ini, ada yang menemukan hobi baru, ada yang mulai belajar mengoleksi, dan ada pula yang menjadikan momen ini sebagai ladang bisnis yang baru. Tersebutlah beberapa orang pemuda dari Lateng Banyuwangi, yg juga memanfaatkan momen ini sebagai ladang bisnis.

Ditengah tengah asyiknya merka keluar masuk dari kios bunga satu ke kios bunga yang lain, dari pedagang satu ke pedagang yang lain, mereka bertemu dangan salah satu peadgang bunga yang bisa dibilang cukup 'unik'. Ya, karena pedagang bunga yang mereka temui kala itu adalah seorang yang memiliki predikat 'KYAI', dan mayoritas tanaman koleksi beliau adalah bukan dari varian yang lagi eksis (anturium dan aglaonema) melainkan dari varian terendah yaitu puring atau biasa disebut bunga kuburan (karena banyak digunakan sebagai tanaman penghias makam).

Awalnya para pemuda ini mengira perilaku sang Kyai ini agak aneh, namun setelah mengenal beliau lebih dekat maka ada banyak pelajaran yang bisa mereka ambil hikmahnya. Diantarnya, beliau berbisnis bunga bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan hasil dari bisnis bunga tersebuAt beliau gunakan untuk membiayai Madrasah Ibtidaiyah yang beliau kelola. Maklum MI yang beliau dirikan ini tidak melakukan pemungutan biaya kepada murid muridnya alias gratis. Jadi menurut beliau, ketimbang bawa proposal kesana kemari unutk meminta sumbangan, mending berbisnis aja. Kemudian pelajaran yang dapat mereka ambil adalah, banyaknya tanaman puring yang menghiasi pelataran rumah beliau adalah sebagai pengingat terhadap kematian yang akan datang secara tiba tiba. Namun kata beliau bahwa suatu saat puring akan menjadi tanaman yang diburu oleh para kolektor dan harganya bisa menyamai bahkan lebih tinggi dari yang sudah pernah eksis.Dan ternyata dugaan beliau tidak meleset, puring melonjak hingga level tertinggi. Dan beliau sebagai pengoleksi puring sejak awal, banyak mendapatkan untung dari kejadian ini.

Inilah yang kemudian menjadikan s makin harmonisnya hubungan para pemuda dari Lateng ini dengan beliau. Dan setiap mereka bersillaturahmi kekediaman beliau di desa Lerek, Kalipuro tersebut tadak hanya membicarakan masalah tanaman hias, melainkan sudah menjalar ke urusan agama. Disinilah kemudian pemuda tersebut menimba ilmu keagamaan yang kemudian bisa mereka terapkan dalam dunia bisnis, bermasyrakat dsb. 

KEPAKAN SAYAP IMS

KEHADIRAN TOKOH MASYARAKAT
 
     Karena tulusnya IMS untuk menyantuni anak yatim, dhu'afa dan lembaga pendidikan dan keagamaan, berimbas semakin dikenalnya IMS oleh masyarakat banyuwangi. Dan fenomena menarik banyak minat tokoh masyarakat yang ingin bergabung dengan IMS. Dari kalangan politisi, dokter, guru, sampai guru guru ngaji pun berbondong bondong untuk berperan aktif dalam setiap program IMS.
     Apalagi dengan masuknya pengasuh PONPES DARUS SYAFA'AH BLOK AGUNG yaitu KH. MOH BADRUDDIN, suara IMS semakin menggema hingga tingkat nasional. Bahkan beberapa orang jama'ah kami ada juga yang dari negara tetangga. Ini bukti bahwa IMS bisa diterima di masyarakat umum. Hanya dengan waktu sekejap, IMS menjelma menjadi suatu organisasi keagamaan terbesar di kabupaten Banyuwangi.
     Dan ada juga dari kalangan politisi, sebut saja mantan anggota komisi V DPR RI, H Abdullah Azwar Anas Msi. Beliau aktif dalam setiap kegiatan IMS. Bahkan beberapa program program IMS terlahir dari ide cemerlang beliau. Beliapun rela bolak balik Jakarta - Banyuwangi hanya sekedar untuk menghadiri kegiatan rutin IMS. Beliau juga berperan aktif dalam setiap perkembangan IMS hingga kini. 

ISTIGHOSAH

Pada saat menimba ilmu agama inilah, kemudian mereka diperkenalkan dengan istighosah yang sedang beliau rintis. Mereka kemudian diundang oleh beliau untuk dapat hadir dalam istighosah yang dilaksanakan setiap 40 hari sekali tersebut. Merekapun memenuhi undangan dari KH. R. Sulthon ali tersebut, dan ternyata jumlah jama'ah yang hadir tidak sebanyak seperti istighosah istighosah pada umumnya. Materinya pun cukup singkat, sholat isya', istighosah, kemudian ditutup dengan do'a. Bacaan istighosahnya pun masih berupa lembaran dan masih belum memiliki nama. Para pemuda tadi merasa ada yang kurang dengan istighosah yang dirintis oleh KH. R Sulthon Ali. H tersebut.

Disinilah kemudian muncul ide dari pemuda asal Lateng tersebut untuk mengemas isitghosah tersebut dengan lebih baik. Beberapa kali para pemuda tersebut melakukan 'sharing" dengan Kyai dan beberapa santrinya. Dan dari sharing tersebut didapat beberapa perubahan materi istighosah diantaranya :

1. Adanya taushiyah agama dalam setiap pertemuan istighosah. Hal ini diinginkan oleh para pemuda karena notebenenya Kyai adalah seoarang motivator handal. Dan para pemuda tadi mengharapkan, materi yang dibawakan dalam setiap taushiyah adalah membahas tentang bab sedekah. Ini dikarenakan beliau selalu menyarankan pada setiap orang agar gemar bersedekah. Karena beliau sangat tau persis kekuatan yang terkandung dalam setiap butiran sedekah yang kita keluarkan.

2. Nama Istighosah Management Shodaqoh atau disingkat dengan IMS.Nama ini dipilih karena disamping kita bersama sama bermunajah kepada Allah SWT (Hablum Minallah), kita juga harus berikhtiar dengan cara bersedekah/shodaqoh (Hablum Minannas). Cara sedekah dipilh karena banyak sekali manfaat yang terkandung dalam setiap butiran sedekah yang kita keluarkan.

3. Motto "Berjuang Untuk Menghidupi Perjuangan".Ini diadopsi darigebrakan gemar bersedekah yang pernah beliau gagas. Yaitu mengajak masyarkat disekitar tempat tinggalnya untuk berlomba lomba memberikan sedekah. Dan berapapun jumlah sedekah yang terkumpul dari masyarkat maka Kyai akan bersedekah 2x lipatnya.Dan hasilnya digunakan untuk membeli beberapa pohon kelapa dan beberapa ekor kambing. Dan hasil dari kelapa dan kambing tersebut digunakan untuk menyantuni anak yatim disekitar tempat tinggalnya.

4. Adanya BISMA (Buletin Istighosah Management Shodaqoh). Ini sangat diperlukan sebagai referensi Jama'ah IMS khususnya, untuk menghadapi hal hal yang sedang 'in' diperbincangkan. Karena isi dalam BISMA selalu menyesuaikan dengan hal hal yang byk diperbincangkan (up to date).

5. Adanya kegiatan IMS diluar pusat (lerek - Kalipuro}. Jadi IMS secara periodik bergilir dari daerah satu ke daerah yang lain setiap 40 hari sekali. Gunanya yaitu, untuk menyantuni anak yatim, dhu'afa dan lembaga pendidikan dan keagamaan secara merata.

6. Adanya sorbanisasi (sorban keliling). Ini dilakukan disetiap IMS digelar. Dan hasil sorbanisasi 100% disalurkan untuk anak yatim, dhu'afa dan lembaga pendidikan serta keagamaan setempat. Jadi hasil sorbanisasi tidak dibawa oleh panitia pusat dan tidak pula untuk transport Kyai. Dan yang lebih membanggakan lagi, Kyai juga ikut menyumbang dengan jumlah yang tidak sedikit.

 

Musholla "AL FALAH" Lateng Banyuwangi

     Mushollah inilah yang menjadi saksi kebangkitan IMS, mushollah ini memiliki peran penting dalam perkembangan IMS. Karena di Mushollah inilah Istighosah lokal pertama kali diadakan, walau tanpa kehadiran sosok Kyai Sulthon AH istighosah yang dipimpin oleh seorang ustadz setempat berlangsung penuh kekhusyu'an. Walau kala itu yang hadir hanya 7 orang, namun semangat dari remaja Mushollah Al Falah ini tak kunjung padam.

     Di musollah ini pertama kali diadakan istighosah lokal yaitu pada tanggal 2 November 2008, lalu berlanjut pada tanggal 16 november 2008 dan tanggal 30 November 2008. Walau sudah 3 kali istighosah lokal diadakan diadakan di mushollah Al Falah Lateng BW, namun yang hadir cuma itu itu saja. Barulah pada Istighosah lokal yang ke empat yaitu pada tanggal 21 Desember 2008 masyarkat sekitar sudah mulai berdatangan terutama ibu ibu. Karena pada setiap istighosah lokal diadakan sorban kaliling MAKA hasilnyapun bisa kami salurkan untuk santri TPQ AL FALAH.

    Dan ini ternyata membuat simpatik banyak pihak yang tadinya meremehkan keberadaan Istighosah yang dilakukan para remaja musholla ini. Dan pada istighosah yang kelima barulah musholla dipenuhi jama'ah yang simpatik terhadap keberadaan kami, tepatnya pada tanggal 4 Januari 2009. 

     Puncaknya ketika Kyai Sulthon Ali Hidayatullah berkenan hadir pada istighosah yang ke 6 di mushollah Al Falah Lateng BWI, yaitu pada tanggal 18 Januari 2009. Dan ini adalah pertama kalinya Kyai Sulthon Ali memimpin Istighosah diluar pusat (lerek, kalipuro).

Mushollah di Kediaman Kyai Sulthon Ali Hidayatullah Lerek Kalipuro Banyuwangi

     Di Mushollah inilah IMS lahir dan berkembang. Dan disini pulalah untuk pertama kalinya Istighosah digelar. Sebelum memilki nama Istighosah Management Shodaqoh (IMS), Istighosah ini ramai diikuti oleh warga sekitar lingkungan kediaman Kyai Sulthon Ali Hidayatullah. Namun bukannya bertamabah, kian hari jama'ah yang mengikuti Istighosah semakin menurun jumlahnya. Rasa Istiqomah terhadap hal hal yang baik masih belum tertanam lekat di hati mereka.

Yayasan "BATU HUQU" Lerek Kalipuro Bnayuwangi

     Dibawah ini adalah gambar dari Yayasan "BATU HUQU", inilah sekolah 'gratis' yang didirikan oleh Kyai Sulthon Ali Hidayatullah. Dengan niatan tulus untuk membantu anak anak di lingkungannya yang kurang mampu, agar tetap bisa mengenyam pendidikan, maka didirikanlah sekolah gratis ini.